Parenting

#FamilyTalk #32: Mengajarkan Gender Pada Anak

Gender alias jenis kelamin ini penting yaa diajarin ke anak sedini mungkin. Supaya mereka kenal dirinya sendiri dan bisa membedakan mana temennya yang laki-laki mana temennya yang perempuan. Biar mainnya gak sembarangan yang gimana gimana gitu. Terus biar mereka juga bisa menjaga dirinya sendiri, soalnya pengenalan jenis kelamin ini ya termasuk salah satu pendidikan seksual. Dan pendidikan seksual ini bisa banget membantu mereka menghindari kekerasan atau pelecehan-pelecehan seksual. Ngeri banget kan sekarang makin banyak cerita tentang pelecehan seksual terhadap anak.

Baca juga: Cegah Kekerasan Seksual dengan Sex Education

Duh, tiap kali baca beritanya langsung deh ngurut dada sambil terus berdoa semoga anak-anak saya aman dan selalu dilindungi sama Allah.

Baca punya Icha di
Mengajarkan Gender pada Balita

WhatsApp-Image-20160604

Saya mulai mengenalkan konsep gender pada Naia saat dia umur 2 tahun. Dengan cara menjelaskan kalau dia dan mamanya itu perempuan, sedangkan papa laki-laki, dan menunjukkan foto keluarga besar papanya sambil menyebutkan satu-per-satu ini perempuan yang itu laki-laki. Sambil terus ngajarin juga temen sepermainannya ada yang laki-laki ada yang perempuan, gitu-gitu.

Sehabis diperkenalkan mana perempuan mana laki-laki, tiap kali ketemu orang dia nanya itu perempuan atau laki-laki. Kalau kita tanyain orang itu perempuan atau laki-laki dia juga udah bisa nyebutin sih walau mungkin belum paham betul. Malah sekarang, angka-angka dia bedain juga jenis kelaminnya. Kayak angka 1 itu laki-laki, angka 2 itu perempuan, angka 3 itu laki-laki, angka 4 juga laki-laki. Gitu lah seterusnya. Entah sih dia bikin perbedaan gender pada angka ini mengacu pada apanya, huee.

Terus tapi saya gak pernah yang ngebedain mainan karena dia perempuan. Maksudnya, bukan permainan fisiknya ya, jelas beda kalo permainan fisik mah perempuan sama laki-laki. Tapi, kayak boneka gak cuma buat anak perempuan, mobil-mobilan gak cuma buat anak laki-laki, masak-masakan juga bukan cuma buat anak perempuan, gitu deh. Malah Naia juga punya banyaaak mainan mobil-mobilan, utinya yang beliin di pasar. Tiap kali ke rumah uti kayaknya dibeliin mobil-mobilan deh, mentang-mentang si Naia seneng jadi dibeliin terus -__-

Begitu juga sama warna, gak mau beda-bedain warna biru buat laki-laki warna pink buat perempuan. Yaelah, warna mah kan bisa masuk-masuk aja, apa hubungannya ya kan sama jenis kelamin, hehe.

Oiya, permainan fisik di sini maksudnya gaya gerundelan gitu lho ya, bukan yang olahraga. Kalau main sepeda, main bola, lari, segala hal yang memang membutuhkan fisik kuat ya masih gapapa. Kalau mainan fisik gitu kan nantinya keliatan sendiri, laki-laki bisa lebih kuat fisiknya. Walau memungkinkan juga sih perempuan sekuat laki-laki. Tapi seenggaknya bukan olahraga yang memungkinkan mereka menyakiti secara fisik satu sama lain kayak gulat itu yang gak boleh sembarangan.

Saya ajarin juga yang boleh peluk cium Naia itu cuma orangtuanya dan orang-orang yang diijinkan sama Naia sendiri, gak boleh sembarangan orang boleh peluk cium dia. Area-area badan yang perlu diamankan dan ditutupi juga saya ajarkan, kayak dada, pantat, dan paha. Buat yang muslim sih dari ujung rambut sampai kaki perempuan harus ditutupi ya, tapi seenggaknya dia tau dulu mana bagian yang paling penting untuk ditutup dan dilindungi. Soalnya bagian-bagian itu kan yang rawan dengan pelecehan seksual. Bagian-bagian itu yang suka “mengundang” orang jahat di luaran sana. Apalagi cerita-cerita pelecehan seksual sekarang makin ngeri banget, balita 2,5 tahun aja kena. Huhuhu, selalu mau nangis dan mengutuk si pelaku tiap denger berita gitu.

Terus sekarang juga mau mulai diajarin kalau dia udah gak boleh dimandiin sama papanya karena udah semakin besar. Tapi masih belum bisa, huhuhu. Kadang-kadang sayanya masih butuh Ilman yang mandiin Naia supaya bisa nenenin Nawa, hiks. Walau emang udah berkurang juga sih. Sedikit-sedikit lah ya. Memang udah ngajarin Naia untuk mandi sendiri dan sebenernya dia bisa, tapi ya gitu, kurang bersih jadi kadang memang harus kita yang mandiin. Belum lagi kalau mandi sendiri ya bakal lama karena sambil mainan, sambil berendem di bak atau malah di ember, zzzz. Atau pernah dia ngabisin sabun cuma buat apa coba? Main ice skating katanya, huhuhuhuhu. Makanya terkadang memang butuh untuk dimandiin aja. Atau dia juga yang memang minta untuk dimandikan, minta perhatian lebih lah. Berhubung udah punya adik ya, jadi dia makin minta perhatian dan makin nempel banget sekarang ke mamanya.

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.