Parenting

#FamilyTalk #40: Full Day School

Okeh, jadi minggu ini ada keributan mengenai kebijakan tentang sekolah yang baru pada tahap perencanaan. Ya gimana gak diributin ya, soalnya kebijakannya itu tentang “full day school” a.k.a sekolah seharian. Sekarang aja udah banyak yang mengeluhkan kalau anak udah capek di sekolah yang setengah hari. Apalagi kalau dibikin seharian, nanti bisa-bisa bikin mereka stress gak ada waktu mainnya.

Baca juga punya Icha:
#FamilyTalk: Full Day School Idaman Saya

WhatsApp Image 2016-08-12 at 16.34.15

Tapi ya, tapi. Saya sejujurnya agak setuju loh sama keputusan full day school ini. Asaaalll, dengan syarat dan ketentuan yang berlaku, wkwkwk.

Soalnya ya, full day school itu kayak menjawab kebingungan ibu-ibu kantoran gituh yang selama ini bingung anaknya pulang sekolah bakal sama siapa. Kalau di sekolah kan insyaAllah masih aman dan pulang kerja bisa sekalian jemput anaknya. Saya sih kebayang aja, ibu-ibu kantoran itu pulang kerja kan sampai sore. Tapi anaknya yang masih sekolah di SD atau SMP itu harus pulang siang hari sebelum mereka pulang. Selama orangtuanya gak ada, mereka ngapain donk di rumah? Gak sedikit kan yang akhirnya malah gak terkontrol anaknya mau ngapain di rumah atau di luar rumah sama siapa.

Iya sih ada daycare, tapi sampai umur berapa bisa ditampung oleh daycare?

Iya juga sih bisa titip ke baby sitter, tapi seberapa banyak juga ibu-ibu yang bisa mempercayakan anaknya ke mereka? Kayak saya yang sampai sekarang paling gak mau anak ditinggal sama baby sitter aja, huee.

Titip ke orangtua? Buat saya pribadi, titip anak ke orangtua itu bukan untuk keseharian, tapi untuk sesekali aja. Karena, usia orangtua kita udah bukan usia yang bisa direpotkan dengan mengurus anak lagi. Buat saya lho ya.

Biasanya sih solusinya nitip ke orangtua dengan tetap menyediakan baby sitter  ya. Tapi tetep, kegiatannya apa? hehehe. Belum lagi kalau gaya pengasuhannya beda sama kita.

Baca juga: Menitipkan Anak Pada Orangtua

Gak cuma  buat ibu kantoran sih. Banyak juga ibu-ibu yang misalnya punya bisnis di rumah gitu, bisa cukup terbantu dengan adanya full day school ini. Karena ya itu tadi, gak bingung anaknya akan ngapain setelah pulang sekolah.

Soalnya, yang saya liat, dengan waktu kayak sekarang, ujung-ujungnya anak ngapain coba di rumah? Nonton tv atau main gadget kan? Iyaa, udah banyak juga ibu-ibu yang bikin kegiatan sendiri di rumahnya, tapi seberapa banyak?

PeErnya untuk orangtua adalah, gimana memanfaatkan waktu yang sedikit ketemu anaknya supaya bisa tetap deket sama mereka. Buat saya malahan dengan sedikitnya waktu yang tersedia ini malah bisa mendorong para orangtua untuk memaksimalkan waktunya untuk mendengarkan dan mencurahkan perhatiannya ke anak mereka. Eh, buat ibu pekerja sih sama aja ya, kan tetap ketemu setelah pulang kantor juga.

Intinya yah, saya cukup setuju lah dengan full day school ini.

Tapi ya itu tadi, dengan syarat dan ketentuan berlaku. Ya iya sih sekolah sampai sore, tapi gak berarti sampai sore itu belajar di kelas. Kira-kira beberapa poin ini yang saya pikirkan.

Kegiatan Lebih Beragam

Yes, saya setuju dengan full day school asal kegiatannya beragam. Dan emang itu kan yang direncanakan? Bikin kegiatan kokurikuler, bukan yang belajar seharian di kelas. Belajar itu banyak macamnya kan, gak cuma di kelas. Kalau dengan kegiatan kokurikuler, bakat dan minat anak-anak malah lebih bisa dikembangkan di tempat yang tepat, kenapa mesti gak setuju?

Siapa tau, dengan kegiatan kokurikuler begini guru jadi makin kenal muridnya, jadi makin deket sama mereka juga.

Malah buat anak-anak bisa bikin seneng juga kan, karena tetep bisa ngumpul-ngumpul sama temen-temennya. Bisa berkegiatan bersama temen-temennya. Bisa main sama temen-temennya tanpa dikhawatirkan orangtua dan tanpa khawatir akan bahaya yang mengancam di luar sekolah.

Melatih Para Guru

Yang saya pikirkan lagi sebetulnya adalah guru. Gurunya juga akan males sih ngadepin murid-murid seharian. Mereka udah capek dengan waktu sekolah yang sekarang. Ditambah mereka juga jadi gak punya waktu untuk ngerjain hal lain. Maksudnya hal lain kayak ngisi-ngisi nilai dan sebagainya gitu. Saya gak tau sih ngapain lagi, soalnya saya belum pernah jadi guru, hee.

Makanya saya setuju full day school asal gurunya juga diberi pelatihan tambahan. Jadi menyamakan frekuensi mereka gitu lah, bukan cuma sekedar kerja jadi guru, tapi jadi guru untuk mengajar dan mengarahkan anak-anaknya. Jadi guru yang lebih peduli dengan setiap karakter anak-anaknya.

Kebayangnya sih kayak di kampus gitu, setiap anak punya “Pembimbing Akademis” masing-masing yang tentunya beda sama wali kelasnya. Kalau wali kelas berganti setiap tahun, pembimbing akademis ini membimbing sampai mereka lulus. Jadi pembimbing bisa lebih mengenal anaknya dengan pertemuan yang intens dan jangka waktu yang cukup lama. Gitu sih bayangannya.

Menambah Keamanan Sekolah

Salah satu yang dikhawatirkan dengan waktu sekolah yang sekarang adalah keamanan anak-anak setelah pulang sekolah itu. Makanya saya setuju dengan full day school ini karena anak akan lebih aman di sekolah. Asal ya ini, sekolah menambah dan bisa memastikan sekolahnya aman. Aman dari hal apapun lho ya, bullying, kekerasan seksual, penculikan, dan sebagainya.

Jadii, kalau dengan full day school tujuannya bisa tercapai, memberi keamanan pada anak sekolah plus memberi kegiatan positif yang lebih beragam agar minat dan bakat anak lebih berkembang, kenapa enggak? 😀

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

6 Comments

  1. syarat dan ketentuan berlakunya aku ikut setuju mba…
    tapi mungkin gak semua sekolah wajib FDS, biar ada pilihan yg disesuaikan dg kebutuhan ortu dan anak. Btw kabar terbarunya katanya mau dibuat pilot project ya, cm kayaknya masih simpang siur juga #eww

    1. Iya bener, gak semua murid diwajibkan FDS lebih enak ya, jadi bisa pilih aja ortunya mau anaknya FDS atau enggak. Yang penting sekolahnya tetep harus siap

      anw, iya nih, masih belum tau ya jadinya gimana 🙂

  2. Setujuuu tuhh, yg poin memberikan pelatihan kepada guru juga. Jadi guru jg bs lbh berkembang, bs improve dan gak monoton cara ngajarnya, biar anak2 jg enak belajarnya. Intinya sama2 dapat nyamannya lah, seharian bookk.. kata siapa gak suntuk klo metode ngajar yg monoton everyday, hohohohh.

  3. tapi udah dibatalin lagi yah Mak rencananya?

  4. Setuju Isti asal sekolahnya siap dengan sarana pendukung dan sdmnya. Mungkin anak boring di sekolah karena kegiatan di sekolahnya membosankan. Eh tapi kondisi setiap orang kan ga sama, ya. Ya akhirnya ujung-ujungnya kembali ke personal aja. Aku juga prefer FDS kalau nanti punya anak *dan itu masih lama :D*

  5. Iyah yg penting kualitas juga diperhatiin yaaa mba… Nah itu, kegiatan yg konkrit, keamanan sekolah jg perluu. Anak-anak tambah lama di sekolah, tantangan buat kita semua

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.