Parenting

Calistung. Bukan Jangan Diajarkan Sejak Dini, Tapi JANGAN DIPAKSA!

Hahahaha.. Ini nulisnya sesaat banget selesai baca tulisan Icha “Jadi Gimana Ngajarin Calistung“. Tulisan Icha itu bener banget dan saya jadi inget banget dulu ngajarin Naia calistung ini gimana 😀

Jadi ya, emang dari dulu juga saya udah denger, sebelum anak umur 7 tahun, sebaiknya jangan diajarkan calistung, karena otaknya belum siap. Tapi kok rasanya gimanaa gitu ya? Saya gak sreg dengan ide “tidak diajarkan calistung” karena dulu saya masuk TK juga sudah bisa baca beberapa huruf dan sudah bisa berhitung. Dan saya ngerasa hepi hepi aja sih, gak jadi males baca dan gak jadi takut sama matematika. Malah, saya jadi suka sekali dengan matematika.

Jadilah saya berpikir kembali. Oh, mungkin memang otak anak belum tentu siap ya sebelum umur 7 tahun itu, tapi apa jadi sama sekali tidak memberinya stimulasi yang memungkinkan mereka bisa membaca? Jadi saya membuat kesimpulan sendiri, kalau mungkin yang dimaksud dengan tidak mengajarkan calistung sejak dini itu adalah dengan TIDAK MEMAKSA mereka belajar calistung ya, tapi ngasih stimulus mah ya sah sah aja jalan terus selama anaknya suka dan gak bete apalagi jadi males baca ya kan.

Dengan kata lain, tergantung cara kita mengajarkan calistung ini ke anak ya 🙂

Calistung di Naia

Kebetulan, Naia memang dari kecil selalu dibacakan buku sebelum tidur, jadi dia juga terbiasa dengan kegiatan membaca dan berpikir kalau kegiatan membaca itu menyenangkan, bukan menyebalkan. Makanya, saya juga gak ragu saat dulu memperkenalkan huruf sampai mengajarkan dia baca.

Maka, ya itulah yang terjadi pada Naia. Sejak dia berumur 3 tahun, udah saya kasih stimulus membaca dan berhitung. Namun tidak dengan paksaan dan buku yang penuh dengan kegiatan menulis titik-titik, melainkan dengan mainan. Iya, dengan mainan, kegiatan yang bikin mereka happy, kegiatan yang bikin mereka jadi gak ngerasa kalau sebenarnya mereka sedang belajar, hehehe. Mainan adalah pekerjaannya anak-anak kaan 😀

Aku beli matras huruf supaya dia bisa melihat dengan jelas huruf a itu seperti apa, huruf b itu seperti apa, dan sebagainya. Aku bikin mainan celengan kata, karena Naia waktu itu lagi sukaaa sekali memasukkan koin-koin ke celengan. Aku juga bikin monster kata supaya dia makin terbiasa dengan suku kata. Pokoknya ya gitu-gitu lah ya. Lengkapnya ada di Playful Wednesday 🙂

Lalu sekarang, begitu mendalami Montessori, salah satu metode (yang buat saya bukan cuma sekedar metode) belajar, saya jadi makin yakin dengan pendapat itu, pendapat yang “tergantung cara kita mengajarkan calistung itu sendiri”. Montessori ternyata juga berprinsip memberi stimulus pada anak sejak dini agar mereka terbiasa dengan kegiatan tersebut, untuk nantinya saat mereka benar sudah siap, otak mereka akan langsung menyusun apa-apa yang sudah mereka pelajari lalu melesat bisa membaca dengan lancar.

Apalagi di Montessori ini memang berprinsip “follow the child”, jadi ya ikuti saja kecepatan anak bagaimana dan mereka sedang menyukai apa. Kita jadi menyisihkan waktu lebih banyak untuk mengamati anak maunya apa dan kesukaannya apa sih. Tapi dengan begitu, kita jadi memakai hasil pengamatan kita itu untuk memberi mereka stimulus yang tepat dan dengan kegiatan belajar yang menyenangkan. Kegiatan belajar yang tidak terasa seperti belajar, melainkan ya mereka melakukan pekerjaan terbaik mereka, yaitu bermain 🙂

Ajak Anak Senang Membaca

Jangan lupa untuk buat anak senang membaca ya, buat kegiatan membaca itu jadi menyenangkan, jadi mereka akan mau belajar membaca ya karena ingin tau dan ingin bisa membaca sendiri tanpa harus bergantung pada orangtua untuk dibacakan terus. Soalnya, ini juga yang mau aku tanamkan ke anak-anak. Mereka suka dengan kegiatan membaca itu sendiri dulu, baru kita bisa lebih mudah memotivasi mereka untuk belajar membaca.

Sekali lagi, belajar membacanya jangan dijadikan beban. Belum bisa yaudah, kan masih ada esok hari. Soalnya, perjalanan anak dari mulai belajar 1 huruf, sampai kenal semua huruf, sampai akhirnya belajar membaca dengan suku kata itu cukup lama, jadi sabar saja 😀

Naia sendiri mulai lancar membaca di umur 4,5 tahun. Kebetulan waktu itu juga dimotivasi dengan keberadaan teman yang juga sedang belajar membaca ya, jadi mereka berkompetisi sendiri untuk siapa yang paling cepat membaca suatu kata yang mereka temukan di manapun. Ditambah, buku di rumah ada yang kata-katanya sedikit, jadi tidak mengintimidasi anak yang baru belajar membaca.

Lancarnya ini kategori bisa membaca buku sendiri ya. Kalau sekedar bisa menyusun huruf, menyusun kata, dia udah bisa sejak 3,5 tahun 🙂

Buku favorit anak dengan lebih banyak gambar daripada kata-kata itu bukan cuma bermanfaat untuk anak lebih kecil aja ternyata ya. Tapi yaa untuk itu, anak yang baru belajar membaca akan makin terdorong karena ingin membaca buku itu sendiri. Dan makin percaya diri setiap kali berhasil membaca 1 halaman tanpa dibantu orang lain. Yaah, kalau dia nanya dan minta bantuan ya pasti dibantu sih, tapi kita tidak menginterupsi mereka yang sedang berusaha membaca dengan kemampuan mereka sendiri. Jadi, begitu mereka berhasil menyelesaikan bacaannya, mereka akan luar biasa bangga dengan diri mereka sendiri. 😀

Dan aku bangga sama diriku karena sekarang Naia kalau ditanya hobinya apa, maka dengan mantap dia menjawab BACA! 😀

Jadiii, yuk gapapa banget untuk menstimulus anak dan mengajarkan mereka membaca usia dini. Yang penting dan harus selalu diingat itu tadi ya: JANGAN MEMAKSA! 😉

istianasutanti

Halo, salam kenal ya.

Aku Istiana Sutanti, seorang ibu dari 3 orang perempuan yang hobi sekali mengajak anak-anak untuk traveling bersama.

Di blog ini aku sharing pengalaman traveling kami sekeluarga plus pelajaran parenting yang aku dapatkan, baik dari pengalaman pun dari seminar parenting.

Semoga kalian suka membaca pengalaman traveling kami dan semoga membantu untuk menentukan tujuan traveling kalian berikutnya! ;)

You may also like...

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.