Kesalahan dalam Berkomunikasi dengan Anak

Sungguh tidak menyesal kemarin ikut workshop parenting bunda Elly Risman mengenai komunikasi pengasuhan anak yang efektif.

Jadi ceritanya hari Rabu atau Kamis kemarin suami nemu iklan workshop parenting yang diadain hari Sabtu mengenai komunikasi pengasuhan anak yang efektif. Nah, awalnya kita cuma mau menginformasikan kaka saya yang sudah punya anak 3 untuk ikutan itu. Lumayan kan, toh bayarnya gak mahal-mahal amat, cukup 50ribu.

Workshop Parenting
Workshop Parenting

Begitu kaka saya daftar, kita pikir kenapa kita juga gak ikutan aja, gak ada salahnya tuh. Oke, jadi kita bertiga deh yang ikutan.ย Dan kebetulan saya dan suami juga belum pernah hadir di workshop atau seminar parenting kaya gini.

Jangan remehkan workshop2 atau seminar2 parenting loh. Karena, gak ada kan sekolah untuk jadi orangtua? Jadi darimana lagi kita bisa dapet ilmu parenting kaya gini. Dari orang tua, oke. Tapi ada beberapa hal yang perlu diubah sih dari pengasuhan orangtua. Karena, orangtua mengasuh kita pada zamannya, sedangkan kita mengasuh anak-anak kita untuk zaman mereka nantinya, yang kita sendiri belum tau akan seperti apa. Dari internet juga banyak sih. Tapi menurut saya seminar2 parenting kaya gini lebih melengkapi lagi.

Sebetulnya saya cuma mau sharing tentang apa yang paling saya inget kemarin, tapi sekalian aja ah, summarize materi workshopnya kemarin ๐Ÿ˜€

Jadi, intinya kemarin itu membicarakan mengenai 10 kekeliruan dalam berkomunikasi dengan anak dan cara mengatasinya. Ini dia 10 hal itu:

1. Bicara tergesa-gesa. Gaya seperti ini menyebabkan anak tidak mengerti dan menangkap maksud dari pembicaraan kita sehingga mereka akan mengacuhkan apa yang kita bicarakan. Nah, untuk mengatasinya ya pastinya bicara pelan-pelan dan di waktu yang tepat.

2. Tidak kenal diri sendiri. Nah, kalau tidak kenal diri sendiri bagaimana kita mau mengenal anak kita kan? hehe. Intinya kita harus mengenal diri kita sendiri dulu. Tau siapa kita, apa kelebihan dan kekurangan kita, serta hal-hal kecil yang membentuk pribadi kita. Dengan begitu, kita bisa mengenal dan bisa mengerti anak kita nantinya.

3. Lupa: Setiap individu unik. Yap, kadang-kadang sebagai orangtua kita lupa kalau setiap individu itu unik jadi sering membanding-bandingkan anak yang satu dengan yang lainnya. Padahal ya gak bisa dibandingkan, karena setiap anak ya pasti berbeda karena mereka unik. Jadi, selalu tanamkan dalam otak kita bahwa setiap individu itu unik.

4. Perbedaan: “Needs & Wants!” Terkadang kita juga gak bisa membedakan mana yang menjadi kebutuhan mereka dan mana ย yang menjadi keinginan kita sehingga kita sering memaksakan apa yang kita mau terhadap anak. Ada baiknya kita harus lebih memahami bahwa keinginan dan kebutuhan itu sebenarnya berbeda.

5. Tidak membaca bahasa tubuh. Yap, bahasa tubuh adalah salah satu cara untuk menyampaikan perasaan. Jadi, kalau kita mengacuhkan bahasa tubuh anak, bagaimana kita bisa mengerti dan anak itu bisa berkomunikasi dengan kita? Pelajarilah bahasa tubuh orang lain untuk bisa memahami perasaannya.

6. Tidak mendengar perasaan. Nah, yang ini agak berhubungan dengan no. 5. Kalau kita sudah tidak membaca bahasa tubuh, kita jadi tidak bisa mendengar apa yang mereka rasakan. Maka, jika bahasa tubuh sudah bisa kita kenali, kita bisa mengetahui apa yang mereka rasakan sehingga bisa membuka jalur komunikasi. Tanya dan tebak perasaan yang sedang mereka rasakan. Contoh: “Capek ya?” “Kesal?” “Wah, tega ya?”

7. Kurang mendengar aktif. Biasanya sebelum anak menyampaikan atau cerita mengenai dirinya, kita sudah memotong pembicaraannya dengan aturan2 kita. Inilah yang membuat mereka jadi tidak membuka komunikasi dengan kita, kita duluan yang menutupnya. So, jadilah pendengar yang lebih aktif, sabarlah mendengarkan cerita-cerita dan keluhan-keluhan anak.

8. Menggunakan 12 gaya populer. Yang termasuk dalam 12 gaya populer itu adalah: a.) memerintah, b.) menyalahkan, c.) meremehkan, d.) membandingkan, e.) mencap / label, f.) mengancam, g.) menasehati, h.) membohongi, i.) menghibur, j.) mengkritik, k.) menyindir, l.) menganalisa. Nah, kalau kita menerapkan itu semua, akibatnya anak jadi tidak percaya diri. Jadi, hindari 12 gaya populer ini ya ๐Ÿ˜€

9. Tidak memisahkan masalah siapa. Seringkali kita ikut campur masalah anak dan menyelesaikannya. Padahal dalam masalah itulah mereka bisa belajar bertanggung jawab dan memutuskan yang terbaik. Anak perlu dilatih untuk BMM (Berfikir – Memilih – Mengambil keputusan). Jadi kitapun harus belajar memisahkan masalah anak dan masalah kita sendiri.

10. Selalu menyampaikan pesan “Kamu”. Hal itu mengesankan dia akan selalu salah. Walaupun maksud kita benar, tapi yang ditangkap oleh mereka adalah mereka salah. Belajarlah menyampaikan pesan “Saya”. Contohnya: “Saya (mama/papa) marah kalau kamu pulang larut malam karena mama khawatir ada apa-apa dengan kamu.”

Heheh, itu semua kira-kira yang kemarin disampaikan, sedikit sih. Emang paling enak ikutan workshopnya, jadi semuanya bisa lebih jelas ๐Ÿ˜€

Nah, yang paling saya ingat dari workshop kemarin saya pisah aja ah, kepanjangan dijadiin satu postingan ๐Ÿ˜›